Masa remaja adalah zaman membentuk pribadi. Pada saat itu, biasanya   remaja masih suka ikut-ikutan dan membentuk kelompok yang biasa disebut   geng, entah geng positif atau geng negatif. 
Selidik punya selidik,   ternyata di MAYOGA juga ada sebuah geng yang cukup solid. Dirintis oleh   anak-anak yang unik, membentuk geng yang unik. 
Mereka mempunyai satu   tujuan dan satu idola yang sama yang melatarbelakangi mereka membentuk   geng antic tersebut. Yah…… bisa dibilang sekelompok fans yang fanatik,   lah. Penasaran?
Geng itu diberi nama MBL alias Mayoga Book Lovers. Yaitu anak-anak yang doyan buku dan mangkalnya di perpustakaan. Semacam Bookaholic? Yup! Mereka benar-benar pecinta dan penggila buku! Bisa disimpulkan geng ini adalah geng positif.
Untuk memacu dan memicu semangat, biasanya orang butuh sloga atau motto. Nah, kalimat ajaib yang dipilih anak MBL setelah berunding di meja bundar adalah “ Bukan Generasi Tulalit!”.
Geng itu diberi nama MBL alias Mayoga Book Lovers. Yaitu anak-anak yang doyan buku dan mangkalnya di perpustakaan. Semacam Bookaholic? Yup! Mereka benar-benar pecinta dan penggila buku! Bisa disimpulkan geng ini adalah geng positif.
Untuk memacu dan memicu semangat, biasanya orang butuh sloga atau motto. Nah, kalimat ajaib yang dipilih anak MBL setelah berunding di meja bundar adalah “ Bukan Generasi Tulalit!”.
Kedengaran agak aneh, ya? Tapi  kalau  dipikir-pikir, memang benar membaca bisa membuat kita bewawasan  luas  dan nggak tulalit. Akhirnya, slogan inilah yang dapat membuat  anak-anak  MBL tetep maju dan membaca, walaupun sebenarnya udah senang  mbaca dari  sononya. Anak MBL punya keistimewaan tersendiri dan  diperlakukan  istimewa oleh pihak perpustakaan.
 Karena memang sebenarnya,  MBL itu  adalah anak perpustakaan Mayoga. Salah satunya adalah  berkesempatan  meminjam empat buku dalam sekali waktu peminjaman.  Sedangkan siswa  Mayoga lain hanya boleh meminjam dua buku dalam satu  waktu. Dengan  begitu, pengetahuan anak MBL bisa dibilang berwawasan  lebih luas.
  Ber-MBL  juga melatih berorganisasi. Walaupun geng, MBL punya struktur    organisasi yang rapih dan teratur. MBL juga punya penanggung jawab alias    pelindung sendiri, yaitu Bapak Aviv dan Bapak Zaenal. Sedangkan ketua    gengnya adalah kak Yunan Ardianto dari XI IPS III. 
Walaupun umur MBL    belum dewasa alias baru berdiri, mereka sudah bisa menunjukkan  berbagai   karya, yang tentunya berhubungan dengan pengembangan buku dan    sosialisasinya. Untuk saat ini, mereka telah berhasil mengadakan  bedah   buku, bazar buku, pelatihan karya tulis (bagi anggota), dll.  Untuk   kedepannya, MBL sudah menyusun rencana kegiatan yang bakalan    dilaksanakan pada tahun ajaran baru tahun 2007 ini. Banyak karya yang    menunggu untuk dilirik dan dikemudikan dengan sungguh-sungguh.
Buku, sudah dikenal banyak masyarakat dari berbagai lapisan. Tapi budaya membaca agaknya masih belum terjamah di Indonesia, hanya sebagian kecil saja yang sudah menyentuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa tugas MBL dan pencinta buku dimana aja masih menanti untuk diselesaikan. Kembangkan budaya baca, yuk? Dengan usaha yang keras dan tekat yang kuat, MBL akan berusaha menciptakan generasi yang nggak tulalit, setidaknya untuk diri mereka
sendiri. Diposkan oleh MBL
sumber : http://mayogabooklovers.blogspot.com/
Buku, sudah dikenal banyak masyarakat dari berbagai lapisan. Tapi budaya membaca agaknya masih belum terjamah di Indonesia, hanya sebagian kecil saja yang sudah menyentuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa tugas MBL dan pencinta buku dimana aja masih menanti untuk diselesaikan. Kembangkan budaya baca, yuk? Dengan usaha yang keras dan tekat yang kuat, MBL akan berusaha menciptakan generasi yang nggak tulalit, setidaknya untuk diri mereka
sendiri. Diposkan oleh MBL
sumber : http://mayogabooklovers.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar